-->
aOGEZI57OQn5yP1hBMFB2o83mW9XQR0xpYfzSrtQ

Berteman Sunset Melepas Tukik di Pantai Riangdua

Dalam sebuah kegiatan evaluasi yang diadakan oleh tim manajemen cabang di hari minggu siang di suatu pantai di Loang, saya tak sabar dan dalam hati meminta untuk rapat ini segera diakhiri. 

Seorang yang duduk paling jauh dari saya, yang rupanya juga sedang menanti moment kata pamit dari acara evaluasi itu, bersuara : “Saya pikir waktu sekarang telah memaksa forum ini untuk segera diakhiri mengingat kami dari cabang paling timur harus pulang”

Seperti kejatuhan bulan, hati saya bukan main senangnya karena pasti sebentar lagi pimpinan rapat ini akan mengucapkan terima kasih dan mengatakan salam pisah. 

Mengapa saya begitu mengharapkan rapat itu segera diakhiri, karena saya ingin ikut  acara pelepasan tukik di suatu tempat tak jauh dari Loang. Maklum hari minggu hari libur Bro..

Sepeda motor harus kupacu di atas serpihan aspal yang telah hancur puluhan tahun lalu . Saya berangkat dari Loang menuju tempat penetasan telur penyu yang baru di Pantai Riangdua. 

Sebelumnya kandang penetasan telur penyu ada di loang, tetapi karena ada sedikit permasalahan yang memaksa penetasan telur penyu ini harus dipindahkan ke Riangdua. Apa permasalahanya? Saya tidak bisa untuk menjelaskannya kepada sobat pembaca. Maafkanlah beta ! 

Dalam kondisi ketidaktahuan, saya memberanikan diri untuk sendirian datang langsung ke pesisir pantai. Jalur jalan masuk yang saya ambil ternyata benar. Mengikuti lorong desa depan SDI Riangdua langsung lurus menuju ke pantai, saya berhasil sampai kesana. 

Ternyata tempat penetasan telur penyu ini tidak jauh dari kampung Riangdua. Orang yang pertama Saya temui adalah Fiz Kia Sura, seorang pencinta alam dan relawan penyu di Lembata. Saya mendapat teman untuk memasuki area baru itu. 

Tempat penetasan baru, yang diinisiasi oleh Polikarpus Bala ,sore itu melepas bayi penyu untuk kesekian kalinya sejak kepindahan mereka. 

Tempatnya masih sangat alami, tanpa hiasan dan penunjuk arah. Belum tertata secara rapi, maklum masih sangat baru. 

Meski dalam keterbatasan, Polikarpus Bala dan tim tetap setia memindahkan telur-telur penyu dari sarangnya ke kandang penetasan yang dibuat dari bambu. Ancaman predator paling sulit dibendung adalah predator manusia. 

Terkadang tim kita terlambat ketika ada penyu yang datang bertelur. Akibatnya ada orang yang lebih dulu mengambil telur penyu. Ini masih jadi hambatan bagi kita dalam mengedukasi masyarakat. Begitu sebuah kalimat yang saya petik dalam pernyataan Om Bala dalam wawancara dengan sebuah media elektronik ternama di bumi Lembata dan Nusa Tenggara Timur ini. 

Sore itu lebih dari 100 ekor bayi penyu yang akan kami lepas kembali ke habitatnya. Masyarakat Riangdua dan sebuah komunitas bernama Trash Hero hadir dalam acara ini. Sebelum acara pelepasan tukik, dimulai dengan pemungutan sampah di sepanjang Pantai Riangdua. 

Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak yang masih Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar. Terlihat seorang ibu memandu anak-anak yang ternyata mereka datang dari Loang. Hadir pula seorang TNI Angkatan Laut, wisatawan domestik dari Lewoleba, dan hadir pula dua orang wisatawan mancanegara. 

Setelah pemungutan sampah, dilanjutkan dengan sosialisai bahaya sampah plastik kepada anak-anak yang dilakukan oleh komunitas Trash Hero Lembata. 

Acara terus berlanjut dan kali ini Om Bala yang mengambil peran. Ancaman kepunahan penyu menjadi tujuan utama penjelasannya sore itu. Saya mendengarkanya dengan penuh perhatian. 

Setelah memberikan tata tertib dalam pelepasan tukik, kami diarahkan ke pantai dan mulai melepas bayi-bayi penyu itu. Sambil melihat tukik bergerak dijemput ombak, kita disajikan pemandangan senja yang eksotis. 

Moment pelepasan tukik dan sunset yang bergerak turun dari balik bahu ile boleng itu tak terlewatkan dari bidikan kamera saya. 

Sore itu saya sedang berada dalam sebuah situs wisata edukasi. Sayang sekali, saya tidak ditemani  sang pujaan hati . Duuuhhh..... !!!
Related Posts
Wandy Punang
Senang Belajar Otodidak

Related Posts

1 komentar