-->
aOGEZI57OQn5yP1hBMFB2o83mW9XQR0xpYfzSrtQ

Kisah Seru : Camping Keluarga Sambil Tanam Pohon

Hari ini hari libur. Tepatnya tanggal 26 Desember 2022. Jauh hari sebelumnya, kami sekeluarga telah merencanakan untuk camping di kebun yang letaknya tidak jauh dari rumah. 
Turut juga putri kecil kami, yang berumur 18 bulan lebih, Namanya Glory. Lalu Dian, ponakan saya, mau juga diajak untuk ikut dalam camping perdana kami kali ini.

Perjalanan ke tempat camping, kami gunakan sepeda motor, Karena itu saya bolak balik untuk mengantar Dian dan juga istri beserta anak. Tidak jauh, cuma satu kilometer saja. lalu butuh beberapa menit saja berjalan kaki untuk sampai di tempat camping, kebetulan dekat jalan raya. Perbekalan dan peralatan kami bawa dalam tas carrier 40 liter, juga berbagi bawaan dengan Dian di ranselnya sekitar 20 liter. Tidak terlalu banyak perbekalan yg kami bawa berhubung kami tak berniat untuk nginap.

Sekitar jam 10 pagi, kami tiba di lokasi camping. Ada shelter atau tempat perlindungan di kebun yang sudah lebih dulu dibuat orang tua, tapi kondisinya tidak memungkinkan untuk kami tempati mengingat kami  bersama anak kecil. 

Ground camping yang dua hari sebelumnya saya persiapkan itu, kami pikir layak untuk sekedar melepas peluh dan bercengkrama sambil menikmati suasana alam dalam kebun yang mulai kembali menghutan karena jarang dikunjungi. Tempat yang jarang didatangi membuat suasana seperti hutan belantara. Tidak heran karena  sudah dua tahun ditinggalkan dan hari ini kami berempat datang dan berencana makan siang di tempat ini.

Sebagai camper pemula, istri saya setuju bahwa keselamatan dan kenyamanan adalah yang utama. Terlebih lagi, kami bersama putri kecil kami dan pastinya membutuhkan perhatian ekstra.

Selepas meletakan perbekalan Camping, Dian langsung menyerbu nanas madu atau nanas Bogor yang letaknya beberapa meter saja dari tempat kami mendirikan tenda. Ada dua buah yang siap panen dan bisa dibawa pulang. 

Banyak nyamuk yang menyapa kedatangan kami. Sebelum mendirikan tenda, kami terlebih dulu menggosok minyak anti nyamuk ke seluruh tubuh putri kecil kami. Kami pastikan bahwa dia tidak akan digigit nyamuk, dan minyak yang kami pakai adalah minyak telon anti nyamuk. 
Tidak ketinggalan, saya, istri dan juga Dian ikut membalur badan kami dengan minyak baby ini. kami merasa sedikit terlindungi dari serangan nyamuk.

Kamera di tangan untuk dokumentasi tidak lagi digubris, mengingat kami harus segera membuat perapian untuk membantu mengusir nyamuk yang tidak akan pergi hanya dengan menghardik tangan saja. Video - video yang akan tersaji di channel YouTube itu, saya rekam ketika ada waktu yang memungkinkan tanpa harus merelakan kenyamanan dan keamanan semua anggota keluarga.

Sukar memang menghadapi anak kecil yang sedang dalam masa aktifnya lalu dihadapkan dengan suasana baru. Tapi saya salut, ibunya mampu mengatasi semuanya tanpa butuh jajan dan gawai untuk membuatnya bisa tenang. 

Istri bertugas menjaga Glory, sementara saya dan Dian segera memastikan agar asap itu harus segera menyebar. Kondisi daun dan kayu yang basah, sedikit merepotkan kami, tapi bukan anak desa namanya kalau tidak bisa memasang api. Begitulah Istri menyemangati kami dari balik tenda.

Selepas mendirikan tenda, istri dan anak masuk dengan maksud bermain di dalam. Yah... mungkin karena baru pertama kali, buah hati kami ini sepertinya tak mau dan menolaknya.
Yah sudah, bermain di luar tenda saja dengan pengawasan yang ketat dari kami. Walaupun begitu tetap ada moment dimana si baby mau tenang di pangkuan bundanya sementara kami duduk melingkari meja kecil dengan kursi camping yang ada.

Sementara menunggu mempersiapkan api untuk memanggang daging ayam, saya berhasil mengabadikan momen ini dengan gear canon 1300d. 
Camping Keluarga/foto: Wandy Punang

Api sudah siap, ayam yang kami bawa saya panggang dengan bumbu garam saja. Iya, hanya itu saja, tidak mau tetek bengek bumbu lainnya. 
Ada rencana untuk membuat sayur dari daun singkong dengan bumbu gado-gado tapi kami urungkan. 
Biarlah ini saja, karena langit sepertinya mulai tidak bersahabat. Kami harus segera makan sebelum benar benar turun hujan.

Hari itu memang cuaca sedang mendung dari saat kami mulai berangkat.

Makan siang kami di kebun itu, hanyalah ketupat dan daging ayam panggang saja. Mungkin tak semewah makanan di meja makanmu sobat. Tapi kami sangat menikmatinya.
Kami makan siang di bawah pohon jambu mete. Di alam bebas. Putri kecil kami sangat menikmati makan siangnya. Pada kesempatan ini saya punya banyak momen untuk bisa mengambil video dari berbagai sudut. 

Setelah makan kami menanam pohon. Dian kembali menggendong Glory, dan istri mengabadikan momen saya menanam pohon alpukat. Anakan alpukat ini saya bawa lebih dulu ke tempat ini, saat meninjau lokasi untuk camping hari ini.

Rumput saya trabas seadanya. Dengan pertimbangan bahwa seminggu setelahnya saya akan kembali kesini untuk lanjut. Dengan peralatan gali yang sudah ada di shelter, anakan alpukat dari Lewokukung  berhasil ditanam.
Camping sambil tanam pohon

Bakal pohon alpukat ini kami namai Pohon Alpukat Natal. Kebetulan kami baru saja merayakan Natal sehari sebelumnya. Hehehe

Matahari mulai condong ke barat. Sementara mendung tida segera pergi. Setelah menanam alpukat,Istri saya segera memasang kompor untuk membuat kopi.
Butuh waktu lama, karena memang kami masih beradaptasi dengan peralatan camping ini. Tapi karena ilmu yang sudah lebih dulu kami dapat melalui YouTube, kompor akhirnya menyala juga dan mulai memasak air. 

Saya menikmati kopi siang menjelang sore itu dengan obrolan yang sedikit berat bersama istri. Ada deal dan juga ada cancel atas segala rencana yang ada.  Sambil menyeruput kopi, Dian juga ikut menyetujui rencana yang akan kami lakukan di tahun baru nanti. 

Glory, putri kecil kami sudah pulas tertidur empat puluhan menit yang lalu. Kekhawatiran akan datang hujan semakin tinggi, berhubung mendung semakin tebal sementara tenda camping kami tidak tahan akan hujan deras. kami harus meneguk kopinya dengan cepat dan peralatan camping segera dibereskan sebelum hujan benar benar akan datang. Saya yang jaga Glory di dalam tenda, sementara istri dan Dian yang membereskan semua peralatan camping di luar.

Perjalanan dan camping perdana kali ini, menghadirkan pelajaran yang baik bagi camper pemula seperti kami. 

Untuk Glory memang tida bisa dipastikan, tapi untuk Dian, ada hal edukatif yang sudah dikonfirmasinya. Salah satunya adalah sampah jangan ditinggalkan di lokasi camping.
Untuk istri ? Ada, ada banyak hal positif yang bisa diambil. Salah satunya adalah melihat pohon jati yang ditanam oleh orang yang kini jadi suaminya ketika  muda dahulu. Hahahah 

Planning untuk membuat video dokumentasi dengan alur cerita yang baik terpaksa harus saya lupakan, karena harus membantu istri menyiapkan segala sesuatu untuk makan siang kami di kebun itu.
Dalam keluarga itu memang harus bekerjasama. Begitulah, seperti kata bapa pastor saat kami mengikuti kursus persiapan pernikahan. Hehehe

Tidak ada hewan buas, juga tidak ada tanjakan dan turunan menuju tempat camp yang curam dan menantang nyali, tetapi perhatian kepada semua anggota keluarga terlebih kepada sang buah hati adalah tanggung jawab yang tidak bisa dianggap sepeleh.
Tidak ada kebahagian camping dan dokumentasi yang lebih indah dari keselamatan sang buah hati dan keluarga.

Pukul 15.24 kami tiba di rumah ketika rintik hujan mulai menyentuh bumi beberapa menit setelahnya. Terima kasih semesta, kami kembali dengan selamat. Semoga malam ini turun hujan lebih deras...

kisah seru versi videonya ada di link berikut ini 👇

 
Related Posts
Wandy Punang
Senang Belajar Otodidak

Related Posts

Posting Komentar